Bola Raya Adalah Bentuk Perlawanan Atas Hilangnya Ruang Hidup

0

Bulan Ramadan telah tiba, bulan suci yang penuh dengan berkah bagi semua manusia tidak peduli apapun agamanya. Bagaimana tidak, bulan Ramadan adalah bulan rezeki bagi mereka yang berjualan takjil, dan pernak-pernik Ramadan lainnya.

Bulan Ramadan identik dengan bulan suci bagi para penganut agama Islam, namun banyak juga non Islam yang juga kecipratan semaraknya bulan ini.

Ikut berjualan maupun ikut war takjil adalah salah satu potret pluralisme masyarakat kita yang terjadi di bulan ini, belum lagi dengan libur nasional yang mungkin bisa mencapai 1 minggu lamanya yang bagi para pekerja adalah sebuah anugerah, belum lagi THR yang cair, namun sayangnya beberapa dari kita harus merasakan PHK karena akal akalan para pengusaha yang tidak mau membayar THR di hari raya.

Tapi ada sisi lain dari ingar bingar Ramadan banyak pemuda kota akan menjadikan jalanan sebagai tempat berolahraga, malam hari hingga menjelang sahur yang menjadi agenda tahunan. Kalau kalian pernah melihat kartun street football itu adalah gambaran dari apa yang sedang dilakukan para pemuda kota saat bulan ini.

Mungkin bagi sebagian orang ini adalah sebuah keisengan para pemuda yang menunggu waktu sahur saja tapi tolong jaga lisan anda ya hahaha, apa yang dilakukan para pemuda ini adalah bentuk perlawanan terhadap pemerintah kota yang tidak memberikan akses gratis untuk mereka berolahraga.

Sepak bola menjadi olahraga murah bagi rakyat tapi sayang rakyat tidak punya akses untuk menyalurkan hasrat sepak bolanya.

Pemerintah kota lebih memilih memberi izin berdirinya bangunan bangunan dan gedung gedung tinggi lainnya, sedangkan taman terbuka hijau yang bisa digunakan masyarakat sangat sedikit dan kurang memadai.

Bahkan beberapa lapangan di taman harus di gembok pada jam-jam tertentu dan sialnya banyak oknum warga setempat atau akamsi yang memanfaatkan ini untuk mencari rupiah dengan menyewakannya.

Mungkin bagi kalian yang tidak tau apa itu bola raya, mari sejenak kalian mendengarkan lagu dari silampukau yang berjudul bola raya, di sana tertuang kritik terhadap pembangunan kota yang sangat cepat tanpa memperdulikan ruang hidup masyarakatnya. 

“Kami hanya main bola, persetan dengan gedung gedungmu”

“Beralaskan aspal, bergawang sandal”

Beberapa lirik lagu ini adalah gambaran besar bahwa sepak bola adalah barang yang sulit untuk dimainkan, akhirnya para pemuda kota membuat sepak bolanya sendiri dengan sandal sebagai gawangnya.

Lahan kosong yang dulu menjadi tempat bermain sepak bola lambat laun berubah menjadi bangunan sehingga masyarakat harus kehilangan akses terhadap olahraga indah ini.

Seperti kata Iwan Fals “Sepak bola menjadi barang yang mahal bagi mereka yang punya uang saja, sementara kita di sini, di jalan ini.”

Sepak bola jalanan atau biasa kami sebut bola raya adalah gambaran nyata lewat bentuk perlawanan masyarakat akan terampasnya ruang publik mereka. Dengan sandal dan juga satu bola akan menghasilkan tubuh yang sehat dan juga tawa lepas.

Mari kita ambil ruang ruang publik lagi dengan sepak bola, setidaknya pemerintah harus terganggu dengan apa yang dilakukan para pemuda kota ini, sehingga pemerintah harus memfasilitasi ruang publik untuk masyarakat kota yang semakin hari hidupnya penuh dengan tekanan, berilah sedikit kebahagian di tengah bobroknya negara ini.

Ayo bola raya rek!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *