Merayakan Hidup dan Sepak Bola di Warung Kopi

0

Hidup memang tidak semudah apa yang diomongkan para motivator yang berjualan harapan harapan semu untuk kita nikmati, beberapa hal memang tidak bisa kita dapatkan.

Ada kalanya memang kita terpaksa memilih jalan kita sendiri, memilih untuk semua resiko yang akan diterima, namun sayangnya entah nasib atau apalah itu namanya membuat kita terus menerus menemui jalan buntu tak bercelah.

Kegagalan demi kegagalan selalu menghantui diri yang rapuh ini, berharap di ujung jalan akan mendapatkan apa yang diimpikan. Sial fatamorgana keberhasilan hidup selalu datang berbarengan dengan harapan yang terpompa melambung tinggi.

Sosial media menambah kejam roda nasib yang sudah berada di titik nadir ini.

Ya mau bagaimana lagi jika hidup memang akan berjalan penuh kegagalan, memutar musik hardcore punk dan mencintai sepak bola adalah upayaku untuk tetap menjaga kewarasan.

Namun sekarang sialnya sepak bola bukan komoditi yang pas di kantong, kecintaan akan sepak bola sekali lagi harus bertarung dengan perut lapar.

Nahas soalnya orangnya sepertiku ini harus terpaksa berhadapan dengan pilihan yang sulit, memilih untuk menanggalkan gairah untuk memilih mengisi perut yang lapar adalah jalan terburuk dari sekian banyak deretan kata cinta untuk sepak bola.

Namun warung kopi menawarkan pertolongan pertama kepada hati yang kehilangan gairah. Dengan hanya membeli kopi saja setidaknya diriku ini sudah bisa untuk mencumbu sepak bola walaupun juga dari jauh, tapi setidaknya sudah mengobati dahaga akan sepak bola.

Tidak hanya menikmati sepak bola lewat layar tv kecil di sudut warung, membicarakannya sebelum ataupun sesudah pertandingan dengan para pundit-pundit ulung yang memiliki analisis mulai dari segi teknis statistik hingga hal-hal mistis akan menjadi hiburan tersendiri.

Tidak hanya para pundit namun budaya literasi di warung kopi juga tak kalah baik, koran sebagai media informasi akan sering digilir oleh para customer ini dan bagian olahraga yang sangat sulit untuk didapat karena harus menunggu para pembaca lainnya selesai dengan masturbasi literasinya haha.

Dan di warung kopi akan selalu update setiap harinya walaupun tidak melulu soal sepak bola tapi cukup lah untuk mengisi informasi baru soal dunia sepak bola walaupun dunia sudah masuk ke era digital tapi koran akan menemukan para penikmatnya sendiri.

Warung kopi proletar pinggir jalan adalah tempat orang orang kalah sepertiku untuk melepaskan sebagian beban hidup yang lambat laun dirasa semakin berat saja.

Bertemu dengan para pundit-pundit warkop ini membuatku merasa aku masih memiliki cinta untuk sepakbola yang perlahan mulai kutinggalkan karena himpitan ekonomi yang semakin mencekik dan juga dengan sepak bola sudah menjadi barang mahal.

Bukan lagi sepak bola yang pertama kali kubayangkan saat mulai mengenalnya. karena warung kopi banyak didominasi kaum pria, ini adalah bentuk perlawanan mereka terhadap stigma laki-laki tidak bercerita haha.

Datang ke warung kopi adalah bentuk konseling termurah yang mungkin bisa diakses, ya walaupun dengan berbicara dengan orang mumet-mumet sepertiku juga.

Saling bercerita masalah hidup masing-masing membuat sebagian beban masalah hilang dan pelan pelan mulai menyadari bahwa sebenarnya masih banyak orang yang lebih kalah dalam hidupnya.

Melihat secara langsung realitas sosial dari riuh ramainya warung kopi. Melihat para manusia ini bertahan hidup dari hari ke hari dari menit ke menit dengan diiringi masalahnya sendiri sendiri, berjuang untuk yang mereka cintai dan yakini, nggarakno mbrebes mili lur.

Kegagalan demi kegagalan yang terus menerus mendera memang akan menguras tenaga dan emosi kita, menikmati kegagalan ini dengan secangkir kopi dan rokok kretek tanpa cukai adalah keindahan tersendiri. Salah satu bentuk pelarian dari hidup yang keras dan membosankan.

Suara tembakau yang terbakar, tarikan nafas, hembusan asap, di balik lalu lalangnya setiap manusia, terselip senyum kecil sebagai bekal menjalani hidup yang gagal ini.

Jika ditelaah secara perlahan-lahan ternyata dalam seruputan kopi dan hisapan rokok terdapat quotes yang agak cringe, bunyinya seperti ini “untuk bahagia tidak harus mewah” anjay serasa filsuf sekelas Rocky Gerung aku hahaha.

Tidak relate bagi kalian yang tidak merokok dan meminum kopi, nah mulai dari sekarang mulailah merokok dan minum kopi biar tau sensasi mumetnya haha.

Menyeruput kopi hitam tanpa merek di warung kopi kecil pinggiran kota, menikmati hari dengan lalu lalangnya orang setiap detiknya, adalah caraku merayakan kekalahan dan kegagalan yang melanda terus menerus, walaupun gak harus kopi sebagai rekomendasi minuman best seller di warung kopi, tapi itu cukup membantu untuk meredakan gelisah.

Setiap kali rindu sepakbola yang datang menyapa, warung kopi pinggir jalan adalah tempat terbaik untuk melepas lelah untuk terus menerus mengucapkan syukur atas setiap detik yang tuhan berikan dalam hidup.

Terima kasih Tuhan sudah menciptakan warung kopi untuk menemani kami manusia kalah dalam kehidupan sepertiku.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *