Musim yang Menyebalkan Telah Berakhir
Setiap musim Persebaya selalu mengulangi fase yang sama dan terus menerus kita sebagai suporter menerima rasa kecewa lagi dan lagi.
Setiap musimnya selalu saja seperti ini, sebelum awal musim di iringi dengan gegap gempita harapan akan kans juara yang terlihat didepan mata harapan harapan dipacu kencang seiring dengan rumor rumor transfer yang berseliweran di lini masa.
Memulai musim dengan meyakinkan menambah setiap harapan yang sudah dipupuk dengan rentetan hasil kemenangan yang diterima ya walaupun tipis tapi setidaknya dapat membusungkan dada melangkah menuju tangga juara, persetan dengan permainan jelek atau strategi apapun itu yang terpenting adalah menang dan menang untuk meraih gelar juara tidak hanya permainan bagus tapi yang terpenting adalah tiga poin dan konsistensi setiap laga.
Menuju putaran kedua dengan penuh percaya diri bahwa di akhir musim kelak akan mendapat hasil yang terbaik yang diinginkan. Laga demi laga dilewati dengan baik sesekali tergelincir masalah masih ada sisa sisa harapan untuk melangkah menuju gelar juara…
Namun sayang di akhir penutupan musim tren positif ini turun hingga harapan juara yang melambung tinggi ke udara harus sesegera mungkin dikubur dalam dalam bersama dengan mimpi mimpi. Perayaan juara di jalanan kota.
Dan yang mengecewakan adalah kalah dalam laga terakhir di kandang dan yang membobol gawang Persebaya adalah mantan pemain Persebaya sendiri memupuskan harapan mengakhiri pesta di rumah sendiri, membubarkan setiap khayalan pesta yang akan dilakukan di kandang.
Momen perpisahan m hidayat pun tak terasa istimewa, dengan hasil ini seakan akan Persebaya melupakan Hidayat sebagai pemain legenda di klub ini, seakan-akan perpisahannya tidak dihormati oleh klub.
Nasi sudah menjadi bubur, nasib belum berpihak tapi untungnya musim ini sudah berakhir, musim yang menyebalkan.