Football Without Supporter is Nothing!
Klub sepak bola dan suporter adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, simbiosis tumbuh di keduanya baik dari suporter maupun klub mereka saling membutuhkan, membuat mereka harus saling bersinergi.
Hubungan antara klub dengan suporter itu satu garis horizontal yang memang harus sejajar pada garisnya bukan menjadi hubungan vertikal yang menempatkan suporter di bawah klub sepakbola. Jika vertikal posisi suporter akan sangat riskan untuk dimanfaatkan oleh klub saja, dijadikan sapi perah.
Komunikasi dua arah harus sering dilakukan untuk menjaga chemistry masing-masing tapi sayang komunikasi di sini dimonopoli oleh para elit kelompok sehingga berita yang terjadi sebenarnya tidak sampai turun langsung ke akar rumput.
Lihat bagaimana sikap mereka atas kasus yang terjadi di Surabaya official klub yang dengan sadar di sosial medianya mendoxing suporternya sendiri karena menyalakan flare, sialnya para elite elite kelompok ini tidak ada tanggapan.
Mereka hanya mementingkan keuntungannya dari penjualan tiket tanpa mau untuk mengurusi masalah yang terjadi di kelompoknya. Menghamba kepada manajemen klub sampai lupa bahwa mereka adalah suporter bukan pegawai klub.
Apa yang terjadi di Surabaya adalah bentuk hubungan buruk klub dengan suporter akar rumput, bagaimana tidak kok bisa kepikiran Persebaya melakukan doxing kepada suporternya hanya karena mereka menyalakan flare di stadion, sejahat apa sih mereka?
Kalau memang Persebaya menganggap suporter hanyalah komoditi, itu akan lambat laun menjadikan tereduksinya gairah menonton ke stadion, jangan salahkan jika kelak stadion akan sepi suporter yang ada hanya penonton biasa.
Efek terburuk dari yang terjadi saat ini korban doxing akan mengalami berbagai macam ancaman digital. Atau mungkin saja GBT akan terbakar apalagi korban menyalakan flare di area gate 3-4 yang di mana itu masih lingkup dari kelompok suporter berhaluan ultras di Persebaya.
Menunggu apa yang akan dilakukan ultras Persebaya saat anggotanya terkena doxing seperti ini, saya berharap GBT akan terbakar amarah suporter yang dianggap sebagai bagian butuh-butuhan saja oleh manajemen.
Mari kita kawal kasus ini agar tidak terjadi hal-hal seperti ini di pertandingan-pertandingan ke depan, dan tidak ada lagi kriminalisasi terhadap suporter karena pemilik Persebaya adalah kalian semua bukan Azrul Ananda