Menepi dan Tetap Berdiri
Hingar-bingar sekembalinya dalam kancah dunia persepakbolaan di negeri ini setelah Persebaya dipaksa mati suri (dimatikan) oleh PSSI sehingga terjadilah dualisme dengan kemunculan “Persebaya siluman” selama lima tahun lamanya. Sedikit mengulas sebagai pengingat berupa mukadimah sebelum masuk ke inti point berupa; “mengapa kini menepi?” dan “kenapa masih tetap berdiri?”
Melalui beberapa narasumber yang ditemui dalam beberapa pertemuan yang berhasil dirangkum penulis pendapatnya dalam setiap sesinya berbeda-beda terkait ada apa dengan beberapa waktu Persebaya berlaga di kandang tidak tampak ramai dengan pembanding beberapa pekan musim lalu pernah melihat suporter memadati kandang yang terasa seperti penuh sesak dengan pendukungnya saat laga kandang di Gelora Bung Tomo.
Lantas sekarang mengapa di beberapa pertemuan beberapa tahun ke belakang terhitung 2024 sampai 2025 ini tidak seperti sebelum-sebelumnya dengan kata lain mengalami penurunan jumlah penonton yang datang tuk memenuhi tribun. Penulis melempar beberapa pertanyaan di beberapa pertemuan yang dilakukan secara acak dan terjadilah diskusi ini yang menghasilkan simpulan menurut penulis.
Kendati demikian tulisan ini berhasil diselesaikan penulis setelah beberapa pekan kompetisi ini bergulir lantas akankah seperti ini berjalan secara terus-menerus atau akan memutus beberapa rentetan penurunan daya minat pendukung setia Persebaya Surabaya ini terlepas formula yang diberikan manajemen terkait penjualan tiket maupun promo menarik yang dipadupadankan dengan sponsor yang menempel di jersey.
Kesimpulannya berupa alih bahasa dari rekaman beberapa narasumber menjadi sajian yang diharapkan bisa dibaca semua kalangan seperti di bawah ini:
Pertama banyak yang dirasakan beberapa kalangan terkait prioritas, seperti halnya dalam kehidupan beberapa ada yang didahulukan, atau dinomorduakan dengan kata lain tidak menjadi sebuah prioritas untuk beberapa waktu. Ini bukan bersifat satir ataupun sarkas untuk manajemen, melainkan bisa sebagai tamparan penulis terkait menempatkan mana yang jadi prioritas atau rutinitas.
Kedua sejumlah orang memiliki perhitungan yang berbeda saat ekonomi beberapa tahun yang melanda dan cenderung tidak baik-baik saja sejalan dengan kata prioritas maupun rutinitas. Ini sifatnya prioritas yakni ada dapur yang diusahakan masih mengepul dengan kata lain memprioritaskan orang rumah sejalan beberapa orang yang sudah tidak berstatus masa lajang atau sudah memiliki tanggung jawab yang lainnya.
Tak hanya prioritas dan rutinitas, kembalimu di kasta tertinggi persepakbolaan negeri ini beberapa orang memilih melihat di lain waktu atau di media lain dengan perhitungan pengeluaran yang tidak seperti dahulu kala yang bisa menjangkau semua kalangan.
Menurut penulis bagian ini paling menarik yakni, beberapa orang memilih masih atau meluangkan waktunya untuk melihat Persebaya saat laga tandang atau di kandang. Tentang Persebaya sebagai pelarian atau bisa dikatakan sebagai pelipur lara di kala asmara sedang tidak baik-baik saja atau tak kunjung bertemu restu orang tuanya.
Berbeda dengan sebelumnya ini bukan soal hiburan untuk pelipur lara maupun pelarian semata. Untuk ini persoalan jarak, berbeda dengan sebelumnya yang berjarak dengan restu yang ini terkait jarak antara kediaman suporter dengan tempat berlaganya Persebaya entah di saat kandang maupun tandang yah ini semuanya tidak jauh-jauh dari perhitungan pengeluaran yang belum bisa mendukung secara penuh setiap laganya.
Selain soal jarak dan berjarak ada hal lain juga seperti mendadak ada acara yang bebarengan dengan saat Persebaya berlaga alhasil, tiket itu antara tidak dipakai atau dipindah alihkan ke seseorang entah berupa dijual kembali maupun diberikan ke sanak saudara.
Mungkin yang bagian ini mengagetkan bagi penulis, yakni beberapa orang memilih dananya dialihkan depo atau top up untuk aplikasi atau permainan yang sedang digemari akhir-akhir ini untuk beberapa kalangan.
Atas adalah draft, bawah adalah lain-lain:
Kendati demikian penulis bertemu dengan berbagai kalangan narasumber rentang umur antara 25-35 tahun yang ditemui secara ketidaksengajaan entah di acara zine mana pun.
Dapat menyimpulkan jawaban yang didapatkan dari beberapa pertemuan dengan narasumber berupa apa yang mempengaruhi kondisi seperti ini, akankah seperti ini berjalan terus menerus atau akan berakhir? Kesimpulannya berupa sajian kesimpulan yang dirangkum dari beberapa percakapan yang didapatkan.
- Ada prioritas yang harus menjadi rutinitas
- Ada perhitungan yang berbeda ketika sudah bertemu pada prioritas
- Tak hanya prioritas saja, kembalimu di kancah persepakbolaan menjadikanmu sebagai pelarian berupa hiburan semata di kala asmara kacau atau tak kunjung bertemu restu
- Terkait jarak, bukan salah satu alasan tetapi terkadang dihadapkan pada prioritas yang tiba-tiba dating alhasil jarak itu sebagai persoalan