Kanjuruhan belum usai
Kita kembali lagi mengenang tragedi kanjuruhan, malam jahanam itu muncul dari sela sela fanatisme yang menjamur hari ini. Bus persik Kediri dilempari batu oleh suporter Arema FC, membuat semua orang mengutuk keras klub dan suporternya, “tidak pernah belajar” kalimat yang sering terdengar dari lini masa menanggapi peristiwa tersebut namun kita juga tak bisa memungkiri bahwa sepak bola kita memang tidak pernah belajar apapun, sialnya tragedi sebesar itu dimanfaatkan oleh ketua umum federasi untuk kepentingannya.
Sial sekali kita sebagai pencinta sepak bola Indonesia, sang Ketua umum federasi malah jarang sekali melihat liga indonesia. Beliau sibuk membranding timnas dengan Londo-londo untuk mengisi formasi tim nasional. Kamuflase ini yang perlahan membiaskan apa yang sedang terjadi dengan sepak bola kita.
Arema FC dan suporternya adalah bagian dari tragedi itu, bukan hanya aparat bersenjata namun semua stakeholder sepak bola kita juga terlibat dalam tragedi ini.
Sekarang kita kembali menuju kanjuruhan peristiwa beberapa tahun lalu, mengorek ngorek kembali luka yang perlahan kita sendiri tanpa sadar menutupinya dengan gairah sepak bola. Sedangkan Orang orang yang kehilangan sanak saudaranya karena sepak bola harus terus menerus berjuang dan membenci sepakbola.
Lingkar lingkar solidaritas tumbuh di antara puing puing renovasi stadion Kanjuruhan. Menjadi oase di tengah Padang pasir ketidakpastian akan keadilan yang dicari.
Dengan dalih memberi santunan kepada keluarga korban. Seakan akan itu yang diharapkan keluarga korban, kembali lagi membiaskan apa yang menjadi titik keadilan sebenarnya.
Setelah kanjuruhan banyak hal yang telah berubah, sayangnya sepak bola kita tidak pernah berjalan seinci pun dari tempatnya, semua stakeholder baik pemerintahan, aparat bersenjata, federasi, operator liga, broadcaster hingga suporter punya andil yang sama dalam terjadinya tragedi ini, yang terakumulasi dalam satu laga tensi tinggi.
Sayangnya juga terkadang kita sering lupa dengan apa yang telah terjadi, namanya juga manusia tempatnya lupa. Sampai saat ini selalu membenci mereka atas apapun yang telah terjadi, namun siapapun yang di malang yang sampai detik ini masih berjuang untuk 135+ nyawa yang hilang, semoga Tuhan selalu membersamai dan menghukum mereka yang tidak pernah mau belajar apapun dari kesalahannya.
Mari kembali lagi mengingat Kanjuruhan.